Model Pembelajaran

A.       Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
1.         Model interaksi sosial
2.         Model pengolahan informasi
3.         Model personal-humanistik
4.         Model modifikasi tingkah laku.
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat cirri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :
1.        Rasional teoritik yang disusun oleh penciptanya
2.        Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3.   Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil
4.        Lingkungan belajar yang diberikan
Model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajran yang luas dan menyeluruh.  Model- model pengajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1.         Tujuan pembelajaran
2.         Pola urutanya
3.         Sifat lingkungan belajarnya.

B.       Macam- Macam Model Pembelajaran

1.      Model Pembelajaran Langsung

Para pakar teori menggolongkan pengetahuan menjadi dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan prosedural. Pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu. Misalnya bagaimana melakukan operasi matematika, bagaimana langkah penyelesaian suatu persamaan kuadrat bagaimana melukis segi n beraturan dalam geometri dan sebagainya. Sedangkan pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan tentang sesuatu.
Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Pengajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model pengajaran langsung.
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pengajaran langsung berpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.
Ciri-ciri pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
1.        Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar
2.        Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3.        Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
Pada model pengajaran langsung terdapat fase-fase yang penting. Pada awal pelajaran guru menjelaskan tujuan, latar belakang pembelajaran, selain itu guru juga  menyiapkan siswa untuk memasuki pembelajaran materi baru dengan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimiliki siswa yang relevan dengan materi yang akan dipelajari (apersepsi). Fase ini dilakukan untuk memberikan motivasi pada siswa untuk berperan penuh pada proses pembelajaran.
Setelah itu dilanjutkan dengan presentasi materi ajar atau demonstrasi mengenai keterampilan tertentu. Pada fase mendemonstrasikan pengetahuan, hendaknya guru memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, sehingga akan memberi dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan dan memberi umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajarinya dalam kehidupan nyata. Fase-fase tersebut dapat disajikan pada tabel berikut ini.
Fase
Peran guru
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Menjelaskan Tujuan, materi prasyarat, memotivasi siswa dan memper-siapkan siswa .
Mendemonstrasikan  pengetahuan dan ketrampilan
Mendemonstrasikan ketrampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Membimbing pelatihan
Guru memberikan latihan terbimbing
Mengecek pemahaman dan  memberikan umpan balik
Mengecek kemampuan siswa dan memberikan umpan balik
Memberikan latihan dan penerapan konsep

Mempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari.

Seperti telah dikatakan di atas bahwa pengajaran langsung akan terlaksana dengan baik jika dirancang dengan baik pula. Ciri utama yang  dapat terlihat  pada saat melaksanakan pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
1.         Tugas perencanaan
a.         Merumuskan tujuan pengajaran
b.        Memilih isi
Guru harus mempertimbangkan berapa banyak informasi yang akan diberikan pada siswa dalam kurun waktu tertentu. Guru harus selektif dalam memilih konsep yang diajarkan dengan model pengajaran langsung
c.         Melakukan analisis tugas
Dengan menganalisis tugas, akan membantu guru menentukan dengan tepat apa yang perlu dilakukan siswa untuk melaksanakan keterampilan yang akan dipelajari. Ini bukan berarti bahwa seorang guru harus melakukan analisis tugas untuk setiap keterampilan yang diajarkan. Hal ini disebabkan karena waktu yang tersedia terbatas.
d.        Merencanakan waktu
Guru harus memperhatikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan kemampuan dan bakat siswa, dan memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. Mengenal secara baik siswa-siswa yang akan diajar, akan bermanfaat sekali untuk mengira-ngira alokasi waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
2.        Penilaian pada model pengajaran langsung
Berbicara mengenai model pengajaran, tentu tidak akan lepas dari sistem penilaiannya. Gronlund (1982) memberikan 5 prinsip dasar yang dapat membimbing guru dalam merancang sistem penilaian sebagai berikut.
a.          Sesuai dengan tujuan pengajaran
b.         Mencakup semua tugas pengajaran
c.          Menggunakan soal tes yang sesuai
d.         Buatlah soal sevalid dan sereliabel mungkin.
e.          Manfaatkan hasil tes untuk memperbaiki proses belajar mengajar berikutnya.  

2.      Pembelajaran Klasikal

Pembelajaran klasikal adalah model pembelajaran yang biasa digunakan sehari – hari. Pada model ini guru mengajar sejumlah siswa di dalam suatu ruangan. Siswa mempunyai kemampuan minimum untuk tingkat itu dan diasumsikan mempunyai minat dan kecepatan belajar yang relatif sama. Guru dalam menentukan kecepatan menyajikan dan tingkat kesukaran materi berdasarkan informasi kemampuan siswa secara umum. Guru mendominasi dalam menentukan kegiatan pembealajaran, materi pembelajaran, urutan materi pembelajaran, dan kecepatan guru mengajar.
Contoh skenario pembelajran matematika dengan model pembelajaran klasikal, perhatikan berikut :
Topik masalah : menyelesaikan Persamaan Kuadrat dengan melengkapkan kuadrat sempurna.
Tingkat            : SMP
Tujuan             : menentukan akar- akar PK dengan kuadrat sempurna
Prosedur pembelajaran :
1.    Guru menjelaskan cara menyelesaikan PK dengan melengkapkan bentuk kuadrat sempurna
2.      Guru member contoh penggunaan rumus, untuk menyelesaikan suatu PK yang diketahui.
3.      Guru memberikan soal sebagai latihan kepada siswa
4.      Guru meminta siswa untuk menuliskan hasil pekerjaanya di papan tulis.
Pembelajaran model klasikal, tidak dapat melayani kebutuhan belajar secara individu. Beberapa siswa mengeluh karna gurunya mengajar sangat cepat, yang lain mengeluh gurunya mengajar bertele- tele dan banyak keluhan lain yang timbul karena kemampuan siswa secara individu tidak sama.

3.      Pembelajaran Individual

Pembelajaran individual menawarkan solusi terhadap masalh siswa yang beraneka ragam. Pembelajaran individual memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri tempat, waktu, dan kapan dirinya siap menempuh tes ataupun ujian. Beberapa ciri pembelajaran individual antara lain ;
1)        Siswa belajar sesuai kecepatan masing- masing
2)        Siswa belajar secara tuntas, karena siswa akan tes setelah dirinya merasa siap
3)        Setiap unit yang dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus yang jelas
4)        Keberhasilan siswa diukur berdasarkan pada system nilai mutlak.
Salah satu model pembelajaran klasikal adalah pembelajaran dengan modul. Modul adalah satu paket pembelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa sendiri (self instruction)

4.      Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Ciri- ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya dan peragaan.
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan untuk Membantu  siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah Belajar  peranan orang dewasa yang autentik,  dan  Menjadi pebelajar yang mandiri.
Pada model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama dimulai dengan tahap memperkenalkan siswa dengan suatu masalah dan diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Selanjutnya kelima langkah dari model pembelajaran berdasarkan masalah  dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel Langkah-langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.

Fase ke-
Indikator
Aktivitas/Kegiatan Guru
1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5
Menganilisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

1.         Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
a.         Tugas-tugas Perencanaan
Karena hakekat interaktifnya, pembelajaran berdasarkan masalah membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya model-model pembelajaran  yang berpusat pada siswa lainnya.
1)        Penetapan Tujuan
Pertama kali kita mendeskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah direncanakan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaannya pembelajaran berdasarkan masalah bisa saja diarahkan untuk mencapai  tujuan-tujuan yang telah disebutkan tadi.
2)        Merancang situasi masalah
Beberapa guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah lebih suka memberikan siswa suatu keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena cara ini meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak terdefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
3)        Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan, dan pelaksanaanya bisa dilakukan di dalam kelas, bisa juga dilakukan di perpustakaan atau laboratorium, bahkan dapat pula dilakukan di luar sekolah. Oleh karena itu tugas mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah.
b.        Tugas Interaktif
1)        Orientasi siswa pada masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berdasarkan masalah adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi pebelajar yang mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah untuk sebuah pelajaran dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan yang menimbulkan misteri dan suatu keinginan untuk memecahkan masalah.
2)        Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pada model pembelajaran berdasarkan masalah dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.  Berkenaan dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan  guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Bagaimana mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif juga berlaku untuk mengorganisasikan siswa kedalam kelompok pembelajaran berdasarkan masalah.
3)        Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
a.         Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya. Selain itu diajarkan etika penyelidikan yang benar.
b.        Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-ide itu merupakan hal penting sekali dalam tahap penyelidikan pembelajaran berdasarkan masalah. Selama tahap penyelidikan guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
c.         Puncak proyek-proyek pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, dan videotape.
4)        Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas guru pada tahap akhir pembelajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, dan  keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
2.        Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen
Penting untuk guru agar memiliki seperangkat aturan yang jelas supaya pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, menangani tingkah laku siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat, memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok.
Salah satu masalah dalam pengelolan yang cukup rumit bagi guru yang menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana menangani siswa baik individual maupun kelompok yang menyelesaikan tugas lebih awal atau terlambat. Jadi dalam hal ini kecepatan penyelesaian yang dimiliki siswa berbeda. Pada model pembelajaran berdasarkan masalah dimungkinkan siswa mengerjakan tugas multi (rangkap), sehingga waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut bisa berbeda-beda. Akibatnya diperlukan pemantauan dan pengelolaan kerja siswa yang rumit.
Pada model pembelajaran berdasarkan masalah sering sebagai guru menggunakan sejumlah bahan dan peralatan, oleh karena itu pengelolaannya dapat merepotkan guru. Guru yang efektif harus memiliki prosedur untuk pengelolaan, penyimpanan dan pendistribusian bahan. Dan yang tidak boleh dilupakan guru adalah menyampaikan aturan dan sopan santun untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamnya penyelidikan di masyarakat.
3.        Asesmen dan Evaluasi
Seperti halnya pada pembelajaran kooperatif, pada pembelajaran berdasarkan masalah perhatian pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif. Oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes kertas dan pensil (paper and pencils test). Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.  Tugas (asesmen) dan evaluasi yang sesuai untuk model pembelajaran berdasarkan masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa. Misalnya dengan asesmen kinerja dan peragaan hasil. Adapun prosedur-prosedur yang yang telah disebutkan tersebut dinamakan asesmen kinerja, asesmen autentik, dan portfolio. Penjelasan mengenai asesmen kinerja dan asesmen autentik secara mendetil ada pada modul tersendiri.

5.      Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif  merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.  Model pengajaran kooperatif memiliki ciri-ciri :
a.         Untuk menuntaskan materi belajarnya,  siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif.
b.    Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.         Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
d.        Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan
Pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan penting, yaitu:
a.         Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
b.         Penerimaan terhadap keragaman
Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
c.         Pengembangan keterampilan sosial
Model kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain adalah: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.
Pada model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama, dimulai dengan langkah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar hingga diakhiri dengan langkah memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Selanjutnya langkah-langkah pembelajaran kooperatif dari awal hingga akhir dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Fase ke-
Indikator
Aktivitas/Kegiatan Guru
1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar  individu maupun kelompok.

Bila diperhatikan langkah- langkah model pengajaran kooperatif pada tabel di atas maka tampak bahwa  proses demokrasi  dan  peran aktif siswa di kelas sangat menonjol dibandingkan dengan model-model pengajaran yang lain.
Pelaksanaan Pembelajaran Koopertaif di Kelas Seperti halnya pada model pengajaran langsung, dalam pengajaran kooperatif juga diperlukan tugas perencanaan, misalnya: menentukan pendekatan yang tepat, memilih topik yang sesuai dengan model ini,  pembentukan kelompok siswa, menyiapkan LKS atau panduan belajar siswa, mengenalkan siswa kepada tugas dan perannya dalam kelompok, merencanakan waktu dan tempat duduk  yang akan digunakan.
Seperti telah dikemukakan di atas, salah satu tugas guru pada model ini salah satunya adalah memilih pendekatan yang sesuai. Dalam pembelajaran kooperatif dapat dilakukan melalui macam-macam pendekatan, guru dapat memilih pendekatan yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pendekatan-pedekatan pada model kooperatif yaitu: tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions),  tipe Jigsaw,  tipe investigasi kelompok, dan tipe pendekatan struktural. Berikut ini ditunjukkan perbandingan diantara  keempat pendekatan tersebut.
Namun perlu diketahui juga bahwa sebelum pembelajaran kooperatif dimulai, sebaiknya kepada siswa diperkenalkan terlebih dahulu apa itu pembelajaran kooperatif dan bagaimana aturan-aturan yang harus diperhatikan. Agar pembelajaran dapat berjalan lancar, sebaiknya kepada siswa diberitahukan petunjuk-petunjuk tentang  yang akan dilakukan.

6.      Pengajaran Teman Sebaya sebagai Sumber Belajar

Keberhasilan suatu program pembelajaran tidak hanya disebabkan oleh satu macam sumber daya, tetapi oleh berbagai sumber daya yang saling mendukung dan menjadi satu sistem. Sumber belajar dapat didapat bukan hanya dari guru, sumber belajar juga bisa didapat dari teman kelas yang lebih tinggi, teman sekelas, atau keluarganya di rumah. Sumber belajar yang bukan berasal dari guru disebut tutor. Ada 2 macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor teman sebaya yang lebih pandai, dan tutor kakak adalah tutor dari kelas yang lebih tinggi.
Tutor teman sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesuliatan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi. Siwa adalah unsure pokok dalam pengajaran maka siswalah yang harus menerima dan mencapai berbagai informasi pengajaran yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sebagai sumber pertimbangan dalam pemilihan sumber pengajaran.
Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan, rendah diri, malu bertanya, ataupun minta bantuan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami. Kegiatan sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman, yang  justru sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam persiapan ini antara lain mereka berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan teman sebaya, mencari peranya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep- konsep yang penting, mendapatkan tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
Dalam pembelajarandengan pendekatan teman sebaya, hendaknya tutor adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan teman- teman pada umumnya. Sehingga pada saat ia memberikan pengayaan ia sudah menguasai bahan yang akan disampaikan


DAFTAR PUSTAKA

M.M. Endang Susetyawati. 2011. Modul Pembelajaran dan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Universitas PGRI        Yogyakarta.
https://katresna72.files.wordpress.com/2010/04/model-model-pembelajaran-matematika.doc (Diakses pada tanggal 3 November 2015)

Ini kalo Kalian butuh ppt-nya ya friend.....kurang baik apa coba 😀😀😀

0 komentar:

Posting Komentar

 
Sweetest Mathematics Blog Design by Ipietoon